Bubur India tak sekalipun absen tiap kali bulan Ramadan tiba. Menu bubur yang dibuat khusus oleh para pewarisnya itu selalu menjadi favorit jemaah dari dulu hingga sekarang.
Salah satu pewaris pembuat bubur India adalah Anas Salim.
Pria 76 tahun itu menjadi generasi ketiga pembuat bubur India di Masjid Pekojan. Sejak awal, bubur India memang selalu disajikan gratis kepada para jemaah. "Resep bubur India dengan aroma rempah-rempah dan dimasak di tungku sudah turun-temurun. Saya dapat dari ayah dan kekek saya," kata Anas di masjid Pekojan.
Bubur India memang menjadi makanan khusus berbuka di Kampung Pekojan. Meski sederhana, menu bubur memiliki rasa yang khas dan terjaga dengan isian daging cincang, labu, telur, serta kuah santan yang khas.
Ia berkisah jika bubur India merupakan makanan di wilayah Koja yang merupakan perbatasan Pakistan dan India. Ratusan tahun silam, para penduduk khususnya pedagang Koja banyak datang ke Semarang hingga memutuskan menetap.
Hal itu menginspirasi lahirnya kampung Pekojan yang menjadi kampung muslim berisi warga Koja di Semarang. "Kakek saya seorang penceramah yang kerap mensyiarkan agama Islam dari perbatasan India-Pakistan. Lalu ia memilih berdagang dengan komunitas orang Koja dan masuk Indonesia sejak tahun 1800 silam atau sekitar 120 tahun lalu," ujarnya.
Sejak saat itu, komunitas Koja lalu menetap di salah satu kawasan Mataram, kini dikenal dengan Kampung Petolongan atau kampung Pekojan. Mereka kebanyakan bekerja dengan menjual sarung, tasbih, rempah-rempah yang dibawa dari tanah kelahirannya.
Source: viva.co.id
No comments:
Write komentar