Wanita yang akrab dengan sapaan JJ ini menceritakan, pertama kali ia resmi mengikuti sebuah pertandingan, banyak pemain yang tidak percaya bahwa dia yang menjadi wasit. "Saat pertama kali muncul ke sebuah pertandingan, Anda bisa mendengar beberapa anak laki-laki hanya tertawa, 'Tidak mungkin dia wasitnya? Tidak!' Tapi mereka bisa melihat kalau saya wasitnya karena saya mengenakan seragam lengkap," ujar JJ.
Sekarang, para pemain hanya menanyakan pertanyaan yang pantas dan dia tidak pernah menghadapi kejadian seksisme di lapangan. Namun suatu kali, JJ mengingat, ada seorang pria yang mendatanginya dan mengatakan kalau dia menyukai wasit wanita.
Bagi JJ, menjadi seorang muslim berarti menjadi orang yang baik, sopan, dan melakukan apa yang membuatnya bahagia, dan ia merasa sudah melakukan semua itu. Tapi ketika orang-orang mulai mencampuradukan budaya dengan agama, di situlah kebingungan terjadi, karena beberapa budaya amat sangat ketat, dan orang menyalahartikannya sebagai agama.
Berdasarkan hukum Islam, pria dan wanita tidak boleh saling bersentuhan, jadi JJ menggunakan sarung tangan agar bisa bersalaman dengan para pemain sepak bola.
Dia berharap bisa mendorong lebih banyak anak perempuan dan anak muda pada umumnya untuk ambil bagian dalam sepak bola. Dia tumbuh dewasa dengan bermain sepak bola sejak masih anak-anak di Mogadishu, Somalia, dan memutuskan untuk mengejar karier sebagai wasit lebih serius setelah mendapatkan lencana pelatih saat remaja di Inggris. Liga anak perempuan lokal kekurangan petugas pertandingan dan JJ pun menawarkan diri.
Sumber : Zahrotustianah/viva.co.id
No comments:
Write komentar