Kematian Razan al Najjar pada hari Jumat (1/6/2018) lalu ini menuai kecaman dari masyarakat dunia.
Mengapa tidak? Kematian Razan yang notabene-nya seorang perempuan dan juga paramedis ini jelas-jelas sudah melanggar kode etik.
Seorang sniper atau penembak jitu, meski dilatih mati-matian untuk membunuh target dengan prinsip ‘satu peluru satu nyawa’ para sniper memiliki kode etik.
Apa itu? Mereka tidak diperkenankan membunuh wanita, anak-anak, dan orang yang tidak bersenjata.
Hal itu tercantum juga dalam aturan perang Internasional dari Konvensi Jenewa yang menyebutkan paramedis dilarang ditembak mati.
Tenaga medis (suster atau dokter) tanpa senjata dan tidak terlindung rompi anti peluru harus dilindungi.
Alhasil, Israel pun kini sudah melanggar 2 aturan, aturan sniper dan juga aturan perang Internasional.
Jika keduanya dilanggar, maka Israel sudah mengajak dan melakukan kejahatan perang.
Dua hari usai kematian Razan Al Najjar, beredar luas foto soal sniper Israel yang diduga menembak mati perawat Palestina ini, pada Minggu (3/6/2018).
Sniper Israel tersebut bernama Rebecca.
Rebecca (24 tahun) dituding sebagai sniper Israel yang melontarkan peluru panas menembus dada Razan pada Jumat (1/6/2018) lalu.
Foto-foto Rebecca pun menyebar dan menjadi viral di berbagai media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram.
Seperti yang diunggah Instagram @palestine_freedom_project
Dalam unggahan tersebut, dijelaskan bahwa yang telah menembak Razan Al Najjar ini adalah seorang wanita bernama Rebecca.
Lalu benarkah sniper yang menembak Razan ini adalah Rebecca?
Rebecca rupanya membantah keras semua tuduhan yang di alamatkan kepadanya.
Hal tersebut ia ungkapkan kepada The Times of Israel, kemarin Minggu (3/6/2018) waktu setempat.
berikut fakta-fakta Rebecca.
1. Mengaku bukan lagi tentara
Rebecca menyebutkan dirinya dibebaskan dari tentara sekitar dua setengah tahun yang lalu.
Ia juga mengaku tidak pernah menjadi sniper ketika dia berada di Israel Defense Forces (IDF).
2. Mengajar bahasa inggris
Rebecca (24) saat ini bekerja untuk program tahun jeda di Israel.
Bulan depan, ia akan mulai mengajar bahasa Inggris untuk pencari suaka Afrika.
3. Keluarga diancam
Rebecca pun syok ketika namanya dan wajahnya disangkut pautkan dengan sniper yang membunuh Razan Al Najjar.
Semua akun media sosialnya langsung banyak yang mencaci maki dan juga mengancam.
Rebecca awalnya kewalahan dan bingung oleh bombardir kata-kata tersebut di media sosial miliknya.
Ia juga ketakutan oleh pesan-pesan yang mengancam.
Tapi kini, ia kecewa bahwa puluhan ribu orang di seluruh dunia “sangat ingin percaya sesuatu yang bohong dan menaruh banyak kebencian di luar sana,” katanya.
"Saya sedih karena teman-teman dan keluarga saya telah terancam dan di dunia media sosial, tidak ada cara untuk melindungi diri Anda dari menjadi korban ancaman dan kebohongan"
“Saya tidak politis, tetapi saya melakukan apa yang dapat saya lakukan untuk mengetahui semua‘ narasi, ’dan propaganda semacam ini hanya menghambat setiap peluang untuk perdamaian,”
“Saya sedih karena teman-teman dan keluarga saya telah diancam dan di dunia media sosial, tidak ada cara untuk melindungi diri Anda dari menjadi korban ancaman dan kebohongan,” katanya.
"Aku tidak pernah tahu betapa buruknya itu."
Rebecca pun bahkan sampai harus mengunggah video klarifikasi soal kabar hoax yang menyerang dirinya.
Dalam video tersebut, Rebecca mengatakan bahwa postingan di "Freedom for gaza" telah "menyebabkan ratusan pesan kebencian dan ancaman pembunuhan terhadap hidup saya dan kehidupan teman saya."
Ia juga mengatakan halaman Facebook yang mendukung kelompok-kelompok teror Palestina harus mengajukan protes terhadap Hamas, jika para administrator khawatir tentang nasib warga Gaza - klaim umum yang dibuat oleh para pejabat Israel.
“Mereka mengatakan kepada saya apa yang harus saya katakan di video. Saya sedikit ketakutan. Saya baru saja mengatakannya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa itu akan membantu menghentikan ini, ”kata Rebecca.
4. Dari Boston AS
Dalam postingannya, akun Facebook Israel Defense Forces (IDF) menuliskan Rebecca ini tentara yang berasal dari keluarga yahudi di Boston, Amerika Serikat.
5. Pindah ke Israel
Pada usianya yang ke-18, Rebecca memutuskan untuk pindah ke Israel dan menjadi tentara di bagian pendidikan.
Namun, berikutnya Rebecca menginginkan jadi tentara di lapangan.
Pada 2014 tersebut, Rebecca masih berstatus trainer.
Dalam gambar, Rebecca terlihat berdiri di padang pasir dengan peralatan tempur lengkap, tersenyum ke kamera saat dia memegang senapan M-16.
Rupanya postingan Facebook diatas dikirim ulang oleh akun Facebook Suhair Nafal, seorang wanita yang tinggal di Chicago, Illinois, yang mengatakan dia berasal dari Ramallah.
Dalm postingan Suhair, tidak menyebutkan Rebecca membunuh Najjar.
Namun, ia menempatkan foto-foto kedua wanita di samping satu sama lain, mengidentifikasi Rebecca sebagai "Zionis Amerika dari Boston dengan ikatan nol untuk menduduki Palestina yang bergabung dengan militer 'Israel' (untuk berpartisipasi dalam pembersihan etnis dari penduduk asli Palestina)."
Tiga jam setelah Suhair menerbitkan postingannya, halaman Facebook "Freedom for Gaza", yang memiliki lebih dari 100.000 pengikut, memasang posnya, mengutip deskripsi tentara mantan tentara dari 2014 dan menambahkan: "Ini 'pembunuh terlatih' yang menembak seorang perawat Palestina berusia 21 tahun di Gaza saat dia membantu warga sipil yang terluka. ”
Ketika orang mulai menyadari klaim tentang Rebecca salah, akun Suhair dan halaman Freedom for Gaza mengedit posting mereka.
Ini klarifikasi dari akun Suhair.
Suhair menjelaskan bahwa dia tidak pernah bermaksud untuk menyatakan bahwa Rebecca telah membunuh Razan.
Namun, di matanya Rebecca tetaplah menjadi "teroris", karena ia telah meninggalkan Amerika Serikat dan pergi ke sebuah tanah dimana dia memiliki tak punya ikatan khusus untuk membunuh penduduk asli dari tanah itu (Palestina)
"Tapi sekali lagi, bukan dia yang membunuh Razan," tegas Suhair.
Jadi, kabar ini hoax ya. Rebecca bukan yang menembak mati Razan.
Walaupun begitu, proses investigasi akan tetap berlangsung guna menyatakan siapa sebenarnya di pembunuh tersebut.
Investigasi ini tak hanya dilakukan Israel tapi juga Palestina.
Sumber : Tribunnews
No comments:
Write komentar