Partai Demokrat Gabung ke Jokowi, Pertanda ‘Islah’ SBY-Megawati?

Partai Demokrat Gabung ke Jokowi, Pertanda ‘Islah’ SBY-Megawati?

Wacana bergabungnya Partai Demokrat ke Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 merupakan opsi paling realistis untuk Demokrat ketimbang membuka poros ketiga.

Ketua DPP Partai Demokrat, Kastorius Sinaga mengatakan jika itu terjadi bisa terkait upaya mempersiapkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)sebagai pemimpin ke depan di tahun 2024.

"Kita tahu 2024, baik Jokowi maupun Prabowo Subianto tidak akan mungkin maju di pertarungan Pilpres 2024," ujar Kastorius Sinaga yang juga Juru Bicara Partai Demokrat kepada Tribunnews.com, Rabu (5/4/2018).

Dengan begitu tokoh muda seperti AHY atau Cak Imin adalah tokoh-tokoh muda yang berpeluang besar memimpin di 2024.

Selain itu menurut Kastorius Sinaga, bergabungnya Demokrat ke Jokowi di Pilpres 2019 tentu akan memberi dampak positif, baik bagi partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mapun kualitas pemerintahan Jokowi kelak.

"Prediksi saya, SBY telah melihat sisi positif ini, khususnya dalam rangka peluang emas bagi AHY ke depan lewat pengembangan sinerji dengan Jokowi untuk visi Indonesia yang lebih baik ke depan," jelasnya.

Namun pun demikian, menurutnya, merapatnya Partai Demokrat ke Jokowi bermakna lebih dalam terhadap relasi kekuasaan dari para elit dan tokoh puncak nasional.

Dia melihat sangat dimungkinkan bahwa islah atau rekonsiliasi tokoh puncak antara SBY dengan Megawati Soekarnoputri akan terwujud.

"Presiden Jokowi akan pasti menyambut baik langkah tersebut mengingat peran besarnya ke depan dalam memimpin Indoneisa yang memang membutuhkan dukungan luas dan solid," ucapnya.

Publik pun lanjut dia, sangat mengharapkan momentum islah kedua tokoh besar tersebut karena akan memberi iklim politik yang sangat kondusif di tengah fragmentasi nasional di atas basis konflik nasionalisme versus agama yang merebak akhir-akhir ini.

"Rakyat saat ini sangat merindukan kerjasama erat di antara para elitnya. Karena hanya dengan kerjasama demikian visis Indonesia kuat akan bisa terwujud ke depan," ujarnya.

Namun hal berbeda disampaikan Kadiv Advokasi dan Batuan Hukum DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.

Ferdinand Hutahaean mengklarifikasi pernyataan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy memprediksi Partai Demokrat bakal merapat ke kubu Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2019.

Menurutnya, Romy tengah berasumsi sendiri dan menyimpulkan sendiri bahwa seolah Demokrat akan mendukung Jokowi di Pilpres 2019.

"Ketua Umum kami Pak SBY selalu menyampaikan kepada kami bahwa Demokrat belum saatnya menentukan sikap, sehingga semua opsi masih terbuka bagi Demokrat," ujar Ferdinand Hutahaean kepada Tribunnews.com, Kamis (5/4/2018).

Ia pun menjelaskan timeline Demokrat adalah sekitar bulan Juli atau pasca Pilkada serentak baru akan menentukan sikap kemana akan berkoalisi untuk pemilu 2019.

"Mungkin pak Romy melihat dari sudut pandang pendukung Jokowi, sehingga berasumsi bahwa Demokrat akan dukung Jokowi," jelasnya.

Yang pasti, imbuh dia, saat ini belum ada sikap resmi partai karena memang belum waktunya.

Jadi kami meyakini tegas dia, Romy berasumsi sendiri.

"Memang mungkin saja mendukung pak Jokowi. Mungkin juga tidak dan mungkin juga akan lahir poros baru," ucapnya.

"Kita tunggu saja nanti bahwa waktu akan menjawab. Tapi yang pasti, Demokrat akan mendukung yang terbaik untuk rakyat," tegasnya.

Sebelumnya Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M Romahurmuziy memprediksi Partai Demokrat tak akan membuat poros baru di luar Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Pemilu 2019.

Bahkan, ia memprediksi partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu bakal merapat ke kubu Jokowi. Isyarat itu, kata Romi, terlihat dari safari politik putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke Jokowi dan sejumlah petinggi partai koalisi.

"Tidak hanya memperbaiki hubungan dengan partai koalisi, tetapi menunjukkan sinyal dukungan pada Pak Jokowi," kata Romi, sapaannya, di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Kamis (8/3/2018).

"Dan kalau sinyal dari Demokrat seperti akan mengundang Pak Jokowi besok di Rapimnas mereka, itu seperti menunjukkan Demokrat tidak akan membangun poros sendiri," lanjut Romi.

Menurut Romi, semua isyarat yang ditunjukan Demokrat bisa digunakan untuk memprediksi langkah yang akan ditempuh Demokrat di Pilpres 2019. Dengan tidak adanya isyarat Demokrat untuk membentuk poros baru, maka kata Romi, hampir dipastika wacana itu tak terealisasi.

Terlebih, saat ini, Gerindra hampir pasti bersama PKS untuk berkoalisi mengusung capres dan cawapres di Pilpres 2019.

"Sementara tanpa Demokrat, poros ketiga tidak akan terwujud. Jadi bukan mendahului kejadian tapi proyeksi saya poros ketiga ini mustahil terwujud," lanjut dia. 

Sumber : Tribunnews
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco

No comments:
Write komentar

Interested for our works and services?
Get more of our update !