Pemerintah berencana mengimpor tenaga pengajar asing khususnya tenaga pengajar untuk perguruan tinggi.
Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Riset Dikti) Mohammad Nasir mengatakan Indonesia memerlukan 200 tenaga dosen asing agar bisa masuk reputasi dunia di biadang pendidikan.
“Salah satu indicator pengukurannya (reputasi dunia) adalaf staff mobililty. Staff mobility ini adalah dosen asing masuk ke Indonesia, demikian pula sebaliknya Indonesia di luar negeri,” katanya, Rabu (10/4).
Menurut menteri ini, dengan keluarnya Perpres Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing pada 26 Maret lalu, memungkinkan untuk mempermudah dan memfasilitasi dosen asing masuk dan bekerja di Indonesia.
Pada kesempatan sebelumnya, Nasir menyebutkan, beberapa bidang yang dibutuhkan tenaga pengajar asing yang dibutuhkan untuk perguruan tinggi seperti sains, teknologi, dan matematika. Dia menuturkan dosen dari beberapa negara juga sudah berminat.
“Ada beberapa yang berminat, Australia, Inggris, Jepang, Korsel, Amerika juga ada,” ujar dia di Komplek Istana, Jakarta, Senin (9/4).
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Budi Djatmiko bahkan menyebut, lima tahun yang lalu APTISI telah mengusulkan agar dosen asing diberi izin untuk pengajar tetap di perguruan tinggi di Indonesia.
“Ya , betul kita akan kedatangan dosen asing, dan itu permintaan sudah lima tahun lalu kami usulkan. Alhamdulillah sudah ada respon dari kemenristekdikti untuk membuka kran tersebut,” kata Budi, Selasa (10/4).
Kendati demikian, dia menganjurkan, agar dosen asing yang nantinya mengajar di perguruan tinggi wajib memahami budaya Indonesia. Dia pun meminta, agar semua dosen diperlakukan sama, tidak pilih kasih.
“Kita butuh mereka (dosen asing) juga sebagai angka pembagi rasion antara dosen dan mahasiswa,”‘ jelas dia.
Sumber : Politik Today
No comments:
Write komentar