Beberapa tahun terakhir, nama dr. Terawan Agus Putranto, Kepala RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto menjadi perbincangan banyak orang.
Itu karena terobosannya melakukan terapi cuci otak sebagai penyembuhan penyakit stroke. Terawan mengaku, terapinya ini memberikan hasil yang bagus kepada pasien.
Metode digital substraction angiography (DSA) atau Cuci Otak yang ditemukan dokter Terawan Agus Putranto terkenal sampai dunia internasional.
dr Terawan bahkan memenuhi undangan Rumah Sakit Krankenhaus Nordwest Jerman untuk mengenalkan metode cuci otak ini.
Ia menjalani riset bersama para dokter di Jerman berdasarkan info yang diterima warta kota dari salah satu pasiennya.
Terapi cuci otak dengan Digital Substraction Angiography (DSA) diklaim bisa menghilangkan penyumbatan di otak yang menjadi penyebab stroke.
Penyakit stroke disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak lantaran penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah karena plak (biasanya berupa lemak).
.
Terapi cuci otak yang dilakukan Terawan menggunakan obat heparin untuk menghancurkan plak tersebut.
Heparin dimasukkan lewat kateter yang dipasang di pangkal paha pasien, menuju sumber kerusakan pembuluh darah penyebab stroke di otak. Cairan itu juga menimbulkan efek anti pembekuan di pembuluh darah.
Namun, metode cuci otak yang dikenalkan Terawan menuai pro dan kontra di Indonesia.
Puncaknya, IDI memberikan sanksi berupa pemecatan selama 12 bulan dari keanggotaan, terhitung dari 26 Februari 2018 hingga 15 Februari 2019.
IDI juga mencabut izin praktek dokter yang pernah menerima penghargaan Bintang Mahaputera Naraya tersebut.
Source: tribunnews/nationalgeographic
No comments:
Write komentar