Sukmawati, dan Jejak Pemikiran Islam Sukarno

Sukmawati, dan Jejak Pemikiran Islam Sukarno

Keluarga Sukarno lekas angkat bicara begitu puisi berjudul "Ibu Indonesia" yang dibawakan Sukmawati Soekarnoputri memantik kontroversi. Putra tertua Bung Karno, Guntur Soekarnoputra menegaskan bahwa puisi Sukmawati adalah pendapat pribadi, tak mewakili padangan dan sikap keluarga.

Bung Karno, kata Guntur, mendidik anak-anaknya dengan syariat Islam. Presiden pertama Indonesia itu juga menjalankan syariat dan rukun Islam, termasuk menunaikan ibadah haji.

Jejak-jejak pemikiran Islam Bung Karno bisa ditelusuri dari sejumlah buku, seperti Di Bawah Bendera Revolusi jilid pertama. Di buku itu Bung Karno banyak mengulas soal Islam dan syariatnya.

"Islam tidak menyuruh orang duduk termenung sehari-hari di dalam mesjid memutarkan tasbih, tetapi Islam ialah p e r j o a n g a n ". Islam is progress: Islam itu kemajuan!" tulisnya.

Sejumlah foto juga menunjukkan bahwa Bung Karno rajin melaksanakan salat meski tengah bertugas ke luar negeri. Salah satunya ketika dia melawat ke Amerika Serikat pada 1956 untuk bertemu Presiden Dwight Eisenhower.

Dalam foto tersebut terlihat Bung Karno salat berjamaah dengan para pengawalnya. Dia mengenakan peci hitam dan masih dengan setelan jas khasnya. Foto tersebut menggambarkan Bung Karno salat sejajar dengan para pengawal, tidak mengambil posisi imam. Dalam deretan foto yang juga menyebarluas tersebut tampak di sebelah kiri Bung Karno adalah Roeslan Abdulgani. Diplomat muda nan heroik yang kemudian diangkat menjadi Menteri Luar Negeri.

Sejumlah video yang diunggah di Youtube juga menunjukkan pemikiran Bung Karno soal Islam. Saat menyampaikan sambutan dalam acara Nuzulul Quran di Istana Negara, 1962, dia menekankan pentingnya Tauhid bagi pemeluk Islam. 

"Tuhan kekal dan abadi dan kepercayaan pada Tuhan yang satu inilah, Tauhid inilah yang menjadi api yang berkobar-kobar menyala-nyala di dalam Quran itu. Dan di kala api ini telah berkobar-kobar dan menyala-nyala pula di dalam dadanya seorang manusia. Manusia yang demikian menjadi manusia yang oleh saudara Hamka disebut tidak takut akan mati," kata Bung Karno.

Sumber : Detik

No comments:
Write komentar

Interested for our works and services?
Get more of our update !