Beda Nasib Megawati dan Sukmawati Terkait Dugaan Penistaan Agama

Beda Nasib Megawati dan Sukmawati Terkait Dugaan Penistaan Agama

Rupanya Sukmawati Soekarnoputri tidak peduli tentang puisinya yang dinilai telah melukai umat Islam.

Bahkan, puisi yang telah dibacakan itu dianggap semakin memperjelas tentang dugaan antipati sejumlah keturunan Soekarno itu terhadap agama Islam.

Sebelum ada puisi ini, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri juga menyulut kemarahan umat Islam dengan pidatonya di acara PDIP.

Tanpa menyebut agama tertentu, tapi apa yang disampaikannya seperti pelecehan terhadap rukun iman tentang hari kemudian, setelah manusia dibangkitkan di hari kiamat.

Para pemimpin yang menganut ideologi tertutup memromosikan diri mereka sebagai peramal masa depan.

Mereka meramal masa depan dengan fasih tentang apa yang akan datang, termasuk kehidupan setelah dunia fana.

Padahal, notabene, mereka sendiri tentu belum pernah melihatnya.

Banyak kecaman diterima, tapi tidak ada yang mengadukan masalah ini ke polisi.

Salah satunya karena Megawati Soekarnoputri tidak menyebut agama Islam meski apa yang disampaikan itu erat kaitannya dengan rukun iman.

Sedangkan Sukmawati dengan tegas menyinggung SARA dalam puisinya yang terus memicu gejolak.

Soalnya, sebagian umat Islam merasa terusik dan sebagian di antaranya telah melaporkan dia ke polisi.

Puisi itu di antaranya berisi tentang Syariat Islam, cadar, dan azan.

Ibu Indonesia

Aku tak tahu Syariat Islam

Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah

Lebih cantik dari cadar dirimu

Aku tak tahu Syariat Islam

Yang kutahu, suara kidung ibu Indonesia

sangatlah elok

Lebih merdu dari alunan azanmu

Kalimat dalam puisi itu dianggap secara tegas mengolok-olok Syariat Islam, cadar, dan azan.

Apakah laporan ke kepolisian akan menyelesaikan kasus ini dengan adil, bukan tidak mungkin memunculkan gelombang demonstrasi besar-besaran seperti terjadi dalam kasus Ahok.

Sebagian kalangan netizen juga ramai mengaitkan kenekatan Sukmawati dengan upaya pengalihan isu terkait kasus Setya Novanto.

Dalam pengakuannya di persidangan, Setya Novanto menyebutkan penerima aliran dana korupsi e-KTP adalah Puan Maharani dan Pramono Anung.

Dua petinggi PDIP itu disebut masing-masing menikmati aliran 500.000 dolar Amerika Serikat (AS) dari korupsi e-KTP.

Setya Novanto dengan tegas meminta agar KPK segera mengusut nama-nama yang dia telah paparkan di persidangan.



Sumber : Tribunnews
Penulis: Gede Moenanto Soekowati
Editor: Gede Moenanto

No comments:
Write komentar

Interested for our works and services?
Get more of our update !