1 Tahun Kasus Novel Baswedan, Terhenti di Sketsa

1 Tahun Kasus Novel Baswedan, Terhenti di Sketsa

Pengungkapan kasus penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan masih berkutat pada penyebaran sketsa wajah orang yang diduga sebagai pelaku penyerangan.

"Terakhir masih tentang penyebaran sketsa wajah," kata Juru bicara KPK Febri Diansyah di Gedung KPK pada Selasa, 3 April 2018 saat ditanya ihwal laporan perkembangan terbaru dari Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya.

Pimpinan KPK, kata Febri, memang telah menunjuk penghubung antara KPK dan Polri untuk berkoordinasi dalam penuntasan kasus penyiraman air keras terhadap Novel itu. Menurut dia, tentu ada informasi yang dilaporkan oleh Polri, namun menjelang satu tahun penyerangan penyidik KPK tersebut, Polri belum menemukan pelakunya.

Penyerangan terhadap Novel terjadi pada 11 April 2017. Dia disiram air keras dalam perjalanan pulang selepas melaksanakan salat subuh berjamaah di Masjid Al Ihsan di dekat rumahnya, di Jalan Deposito Blok T/8, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Pada akhir Juli 2017, polisi mulai mengungkap sketsa orang yang diduga pelaku penyerangan Novel. Tempo juga sempat merilis rekaman CCTV detik-detik penyerangan terhadap Novel diikuti dengan sketsa dan ciri-ciri terduga penyerang Novel pada edisi 31 Juli 2017. Sketsa itu digambar ilustrator Tempo berdasarkan keterangan saksi-saksi dalam investigasi Tempo.

Di hari yang sama, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian merilis sketsa wajah seorang pria. "Dia diduga pelakunya," kata Tito di Istana Negara setelah dipanggil Presiden Joko Widodo untuk membicarakan teror terhadap Novel. Menurut Tito, sketsa tersebut digambar setelah seorang saksi mengaku melihat wajah pelaku lima menit sebelum Novel diserang.

Sekitar empat bulan setelahnya, yakni pada 24 November 2017, kepolisian kembali menerbitkan dua sketsa dan ciri-ciri orang yang diduga pelaku penyerangan Novel. Penyebaran sketsa itu dilakukan berbarengan dengan dibukanya saluran pengaduan 0813-9884-4474. Polisi berharap saluran itu bisa menampung informasi masyarakat yang mengetahui keberadaan atau identitas orang yang ciri-ciri wajahnya mirip sketsa tersebut.

Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis mengatakan sketsa tersebut dibuat setelah polisi memeriksa dua saksi kunci yang sempat melihat terduga pelaku sebelum penyerangan itu terjadi. "Kemiripan sketsa ini sudah lebih dari 90 persen sesuai dengan wajah terduga penyerang," ujar Idham saat itu.

Pada awal tahun lalu, polisi kembali menyebar hotline dan sketsa terduga pelaku penyerangan Novel. Kali ini, sketsa dan ciri-ciri yang diedarkan ada empat sosok. Juru bicara Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono menuturkan bertambahnya sosok dalam sketsa itu lantaran ada dua orang saksi yang memiliki keterangan berbeda terhadap satu orang pelaku. "Itu karena ada dua saksi merasa melihat satu orang dengan dua wajah," kata Argo saat ditemui Tempo di kantornya, pekan lalu.

Saksi-saksi yang dimintai keterangan untuk membuat sketsa itu masing-masing mengaku melihat pelaku pada waktu yang berbeda. Ada yang melihat terduga pelaku sekitar 10 menit sebelum penyerangan, ada yang satu hari dan lima hari sebelum penyiraman. "Itu berbeda-beda," ujarnya.

Menurut Argo, setelah sketsa dan hotline itu disebar, ada seribu dering telepon dan 730 pesan singkat masuk ke saluran pengaduan itu. Dari ribuan pengaduan yang masuk, polisi telah melakukan pengecekan terhadap kebenaran info tersebut sebanyak tiga kali. "Belum ada informasi yang signifikan, malahan yang iseng itu banyak sekali," kata dia.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, yang juga pengacara Novel, Alghiffary Aqsa menuturkan para saksi yang ditemuinya mengatakan sketsa yang disebar oleh kepolisian memang sudah cukup mirip dengan terduga pelaku yang dilihatnya. "Tapi lebih mirip yang dirilis Tempo," kata dia.

Sumber : Tempo

No comments:
Write komentar

Interested for our works and services?
Get more of our update !