Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Gerindra, Sudaryono, menebar rumor keretakan hubungan Indonesia-Rusia.
Pendapatnya, merujuk pada respon media Rusia yakni RBTH, yang mengecam Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany atas kritiknya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sudaryono menilai Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) harus menegur Tsamara, dan juga meminta maaf kepada pemerintah Rusia dan Putin.
Menanggapi hal itu, peneliti Indonesian Watch for Democracy, Abi Rekso, menilai pandangan Sudaryono adalah konyol.
Baginya, sikap Sudaryono yang meminta Kemenlu agar seorang warga negara Indonesia membuat permintaan maaf sangatlah kekanak-kanakan.
"Bukankah dari pernyataan itu, terbaca oleh kita, cara pandang yang konyol. Meminta Kemlu RI, agar warga negara Indonesia meminta maaf adalah konyol dan kekanak-kanakan," ujar Abi Rekso, melalui keterangan tertulis, Selasa (10/4/2018).
Abi pun menjelaskan tugas Kemenlu adalah menjaga hubungan diplomatik secara bilateral, regional, multilateral dan Internasional.
Selain itu, juga bertugas melakukan perlindungan hak warga negara Indonesia di luar negeri, dan bukannya meminta seseorang untuk membuat permintaan maaf.
Ia berpendapat respon media RBTH kepada Tsamara adalah hal biasa.
"Sebuah hubungan diplomatik tidak akan semudah itu renggang. Lebih-lebih TNI dan Militer Rusia punya kerja sama pelatihan dan teknologi militer," ungkapnya.
"Saya pastikan Sudaryono tidak punya buku karya ibu Miriam Budiarjo (Pengantar Ilmu Politik). Biasanya mahasiswa semester satu menyebutnya, buku biru," kata dia.
Sebelumnya, Wasekjen Partai Gerindra Sudaryono meminta Kemenlu untuk menegur Ketua DPP PSI Tsamara Amany yang mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin.
Alasannya, sebuah media Rusia bernama RBTH mengecam pernyataan Tsamara tersebut.
Menurutnya, sebagai partai pendukung Jokowi, pihak Tsamara harus meminta maaf kepada Rusia dan Putin.
"Jika tidak segera minta maaf, sebaiknya Pemerintahan Jokowi melalui Kemenlu RI menegur PSI sebagai partai pendukung Jokowi untuk minta maaf kepada pemerintah Rusia dan Presiden Putin," kata Sudaryono.
Sumber : Tribunnews
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
No comments:
Write komentar