Pemuda Indonesi bernama Diovio Alfath mendapatkan pengharagaan "Emerging Young Leaders" dari Deplu AS atas usahanya dalam ciptakan perdamaian


Usaha dan kerja keras Diovio Alfath dalam membela kelompok minoritas dan membantu pengungsi di Indonesia mendapat apresiasi dari pemerintah Amerika Serikat. Belum lama ini ia menjadi satu di antara sepuluh pemuda dari berbagai negara yang dianugerahi penghargaan bergengsi "Emerging Young Leaders" dari departemen luar negeri AS atas usahanya dalam menciptakan perdamaian.

Bersama para penerima penghargaan "Emerging Young Leaders" lain yang antara lain berasal dari Irak, Turki, Bangladesh, Lituania, Pakistan, Norwegia, Afrika Selatan, Panama, dan Tajikistan, Diovio mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan di AS yang fokus kepada tema hak-hak asasi manusia.

Karena kepeduliannya terhadap persatuan dan perdamaian di Indonesia, Diovio mendirikan organisasi non pemerintah bernama Sandya Institute pada tahun 2014. Awalnya organisasi ini merupakan wadah untuk klub diskusi kecil bersama teman-temannya di fakultas hukum Universitas Indonesia. "Di sini saya percaya bahwa nilai-nilai persatuain Indonesia sudah semakin merenggang dan penghargaan terhadap kelompok minoritas juga semakin berkurang. Maka dari itu, karena saya terinspirasi ingin mengubah dunia, spesifiknya Indonesia, saya mulai Sandya Institute secara kecil," ujar pemuda berumur 23 tahun ini.

Satu hal yang menjadi fokus utama dari Sandya Institute adalah Sunrise Refugee Learning Center yang membantu dan mendidik para kelompok pengungsi dari Afrika Utara, Timur Tengah, dan Myanmar. Fakta tahun 2016 dari UNHCR menyatakan ada lebih dari 13 ribu pengungsi yang kini tinggal di Indonesia.

Sandya Institute juga memiliki program School of Peace and Human Rights yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pemuda Indonesia akan hak asasi dan perdamaian.

Sumber : liputan6.com

No comments:
Write komentar

Interested for our works and services?
Get more of our update !