Calon Gubernur (Cagub) Jawa Tengah nomor urut satu Ganjar Pranowo diterpa isu SARA karena membacakan puisi karya KH.Mustofa Bisri (Gus Mus).
Puisi yang dimaksud itu berjudul 'Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana' yang dibacakan Ganjar dalam acara bincang bersama Rosi : Kandidat Bicara, di salah satu televisi swasta Indonesia pada awal Maret lalu.
Belakangan, oleh beberapa pihak, Ganjar dianggap tidak pro-Islam atau Islamphobia seiring melontarkan salah satu kalimat dalam puisi tersebut yang berbunyi, "Kau ini bagaimana? Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggilNYA dengan pengeras suara setiap saat."
Isu SARA yang menerpa Ganjar ini pun menyebar ke media sosial dan menuai reaksi pro-kontra dari warganet Jawa Tengah, seiring pula isu penistaan agama yang ditudingkan sejumlah pihak kepada puisi Sukmawati Soekarnoputri.
Menanggapi isu tersebut, Ketua DPW PPP Jawa Tengah Masrukhan Syamsurie menilai isu tersebut sengaja diciptakan dan disebarkan untuk menjatuhkan paslon Ganjar-Yasin dalam Pilkada 2018, dimana memanfaatkan momentum polemik isu puisi Sukmawati.
"Sangat murahan isu ini, ditarik-tarik ke polemik isu Sukmawati. Sangat disesalkan karena kok harus membawa memasukkan isu sentimen Agama", kata Masrukhan.
Ia menegaskan puisi 'Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana' ditulis oleh Gus Mus di sekitar tahun 1980-an, masa dimana saat itu rezim Orde Baru masih berkuasa. Selain itu Gus Mus, yang juga dikenal sebagai penyair, adalah pengasuh pondok pesantren Raudlatut Thalibin di Rembang, juga sesepuh Nadhlatul Ulama yang kini menjabat Mustasyar.
Masrukhan meminta semua pihak menghentikan cara-cara black campaign, apalagi menjurus SARA yang dapat memecah belah Jawa Tengah.
"Saya ini dulu di kampus dekat dengan dunia sastra dan penyair. Jadi tahu persis makna puisi itu menunjukkan sikap protes yang sangat khas terhadap kondisi politik rezim yang represif. Diingat ya, ini Jawa Tengah, bukan DKI yang Pilkadanya diwarnai sentimen SARA, dan Ganjar bukannya Sukmawati dan puisi yang dibacakannya karya ulama besar yang sangat berpengaruh yakni Gus Mus," terang Masrukhan.
Sementara itu, Cagub Jateng nomor urut dua, Sudirman Said mengklaim mendapat dukungan 10 juta suara kaum perempuan di Jawa Tengah. Dukungan tersebut diwujudkan dalam deklarasi 'Perempuan Mukti'.
Perempuan Mukti ini merupakan koalisi dari beberapa organisasi perempuan yakni Perempuan Indonesia Raya (PIRA) Gerinda, Perempuan Bangsa PKB, Perempuan PKS, dan Perempuan PAN ditambah sejumlah aktivis perempuan dan masyarakat yang aktif memperjuangkan hak kaum perempuan-anak.
"Jadi kita harus all out memenangkannya. Perempuan pilih perempuan. Laki-laki ikut perempuan," kata Ketua Perempuan Bangsa PKB Siti Masrifah usai deklarasi Perempuan Mukti di Hotel Patra Jasa Semarang, Sabtu (7/4).
Melihat dukungan dari Perempuan Mukti ini, Cawagub Jateng nomor urut dua, Ida Fauziyah menyatakan terima kasih dan menegaskan komitmennya untuk membangun kaum perempuan di Jateng.
"Salah satu yang kita programkan bersama pak Sudirman Said adalah APBD yang properempuan. Yang terpenting membangun sumber daya manusia, agar mukti bareng, sejahtera lahir dan batin," tegas Ida.
Saat ini sebanyak 27.348.878 jiwa masuk dalam Daftar Pemilih Sementara (DPS) yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah untuk Pilgub 2018. Masing-masing 13.727.434 pemilih perempuan, dan 13.621.444 pemilih laki-laki.
Sumber : CNNIndonesia
No comments:
Write komentar