Ruhut Sitompul tertawa mendengar gerakan #2019GantiPresiden yang diusung politikus Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera. "Aku ketawa termehek-mehek aja," kata dia lewat telepon, Rabu, 2 April 2017.
Selain itu, Ruhut juga meragukan kemampuan PKS mengusung gerakan mengganti Presiden Joko Widodo. Sebab, menurut dia, PKS saja tidak mampu mendepak Fahri Hamzah dari posisi Wakil Ketua DPR, meski sudah memecatnya sejak 2016. "PKS mau ganti Fahri Hamzah aja engga bisa, ini mau ganti presiden," ujar dia.
Sebelumnya, politikus PKS Mardani mengusung gerakan #2019GantiPresiden melalui Twitter. Dia mengatakan mengusung gerakan ini untuk mendidik masyarakat dalam berpolitik.
"Gerakan #2019GantiPresiden akan memberikan data, analisa untuk menyodorkan calon lain yang lebih baik agar dipilih pada Pillres 2019," kata dia, Rabu, 4 April 2018.
Dia juga mengatakan gerakan ini merupakan antitesa dari gerakan yang sudah bergulir yaitu "Dua Periode" untuk Presiden Joko Widodo. Demokrasi, kata dia, memerlukan kompetisi bila ingin berjalan lebih baik.
"Dibanding liga Inggris atau Piala Dunia 2018 sekalipun, kompetisi Pilpres 2019 justru jauh lebih penting, lebih signifikan dan berimpact tinggi bagi rakyat Indonesia," kata dia.
Mardani mengatakan pendidikan politik kepada rakyat amat penting. Dia mengklaim selama ini masyarakat masih memilih pemimpin berdasarkan kepribadian. Sedangkan menurut dia, masyarakat seharusnya memilih pemimpin berdasarkan substansi dengan menelisik karakter pemimpin, kualitas kepribadian, kinerja termasuk kebijakannya.
"Karena itu esensi gerakan #2019GantiPresiden adalah sehat dan baik bagi demokrasi," kata dia.
Dia berharap lewat gerakan ini, kompetisi dalam Pilpres akan lebih berisi agar problem bangsa bisa selesai. Kompetisi itu, kata dia, harus lebih pada gagasan tentang hutang negara, masalah dunia usaha dan soal demokrasi.
"Memang gerakan #2019GantiPresiden kesannya seperti kejam tapi bahasa lugas kadang diperlukan agar kita sadar," ujar dia.
Sumber : TEMPO
No comments:
Write komentar